Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Mengenal Apa Itu Toxic Positivity dan Cara Mengatasinya

Mengenal Apa Itu Toxic Positivity dan Cara Mengatasinya

- Jumat, 23 Agustus 2019 | 16:58 WIB
Mengenal Apa Itu Toxic Positivity dan Cara Mengatasinya

unsplash.com

Positivity atau sikap dan pikiran positif sering dipromosikan orang dalam kehidupan sehari-hari. Nggak jarang bahkan jadi ladang bisnis. Banyak produk tertentu yang menggunakan positivity sebagai sebuah jalan mendekatkan diri dengan konsumen. Intinya, positivity adalah salah satu jalan menuju kebahagiaan yang diidam-idamkan seseorang.

Padahal tidak sesederhana itu juga. Nggak berarti orang yang bahagia itu punya kestabilan mental yang baik. Nggak berarti pula positivity adalah jalanmu menuju kesuksesan yang diukur lewat kebahagiaan.

Pikiran dan sikap positif yang berlebihan atau disebut pula dengan istilah toxic positivity punya banyak kelemahan yang harus kamu antisipasi. Apa saja sih? Simak lebih jauh tentang toxic positivity di bawah ini, yuk.

1. Tanda toxic positivity sudah menjangkitimu

unsplash.com

Siapapun pasti ingin bahagia. Makanya, banyak juga orang yang mencari kebahagiaan. Salah satunya lewat iming-iming bersikap positif dan optimis setiap saat. Itu normal saja kalau kamu memang bahagia beneran dan memang sedang punya pikiran positif tulus dari hati.

Bedakan dengan yang pura-pura positif atau memaksakan diri buat positif. Saat kamu mulai melakukannya, artinya kamu memblok segala pikiran negatif secara serta merta.

Tanda kamu mulai menerapkan toxic positivity salah satunya dengan memaksakan diri tersenyum dan beranggapan semua akan baik-baik saja. Padahal, dalam hatimu kamu sedang gundah, sedih atau bahkan khawatir akan sesuatu yang berat.

2. Di mana kamu menemukan toxic positivity?

unsplash.com

Berbagai media dan orang terdekat jadi mediator dari sikap toxic ini. Media sering kali melakukan kampanye positivity dan menjadikan kebahagiaan sebagai komoditas yang mereka jual bersama dengan produk yang mereka tawarkan. Normal sih, tetapi kamu justru terdorong untuk menaruh ekspektasi yang berlebihan dan sebenarnya itu tak baik pula. 

Sering menemukan orang yang menyemangatimu dengan petuah positif saat curhat atau menceritakan keluh kesah? Meski niatnya baik, sebenarnya petuah positif yang mereka berikan nggak juga bisa memperbaiki mood kamu. Rasanya ada yang kosong atau nggak enak saja usai mendengar tanggapan mereka yang 'terlalu positif'.

3. Cara melawan toxic positivity adalah meluapkan emosi kita

unsplash.com

Hatimu justru merasa lebih enakan jika temanmu sama-sama berbagi pengalaman buruk atau mengiyakan apa yang kamu rasakan tanpa memberi nasihat positif. Kamu juga akan lebih lega usai nonton film yang sedih atau mendengarkan lagu yang emosional. Hal itu terjadi karena kamu bisa turut meluapkan apa yang kamu rasakan. Bukannya memblok segala pikiran dan perasaan negatif.

4. Meminimalisir tekanan untuk jadi orang yang positif dan optimis

unsplash.com

Sering kali kamu ditekan untuk bahagia dan santai, tetapi nggak semudah itu juga 'kan? Apalagi kalau merasa masalahmu tidak sesederhana yang orang pikir.

Namun, kamu bisa kok meminimalisir tekanan tersebut dengan menyakinkan diri sendiri kalau kamu manusia normal dan berhak buat menangis, marah dan khawatir. Cari waktu buat sendiri dan luapkan emosi kamu. Biarkan perasaanmu mengalir, jangan diblok dengan pikiran positif yang berlebihan.

5. Jangan dibiarkan terus-menerus, bisa jadi awal mula depresi

unsplash.com

Kalau membiarkan toxic positivity menjangkitimu, jangan heran kalau kamu mulai merasakan sedih yang berkepanjangan dan perasaan sebagai orang yang penuh kepura-puraan. Itu sebenarnya awal mula dari depresi.

Makanya, banyak ahli yang bilang kalau kamu nggak bisa memberikan nasihat positif dan meremehkan masalah orang lain yang sudah mulai mengalami gejala depresi. Itu karena positivity justru bisa memperburuk kondisi mental seseorang.

Untuk orang yang belum depresi, positivity justru memblok perasaan  atau emosi dan bisa berdampak buruk. Bayangkan sebuah saluran yang tersumbat dan bisa meledak kapan saja.

Ingat-ingat bahwa segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik. Jadi, coba seimbangkan saja pikiranmu antara yang negatif dan positif. Jangan sampai kita terjebak dalam toxic positivity terus menerus. 

 

Cari Artikel Lainnya