Home » Kongkow » Inspiratif » Bertanam Ubi Jalar, Lima Anak Petani Papua Pedalaman Bisa Kuliah

Bertanam Ubi Jalar, Lima Anak Petani Papua Pedalaman Bisa Kuliah

- Jumat, 02 Agustus 2019 | 09:57 WIB
Bertanam Ubi Jalar, Lima Anak Petani Papua Pedalaman Bisa Kuliah

Salah satu petani binaan kegiatan bioindustri ubi jalar, yakni Stephanus, memiliki lima anak yang semuanya mengenyam pendidikan tinggi. Petani di pedalaman Papua tersebut mampu menyekolahkan kelima anaknya dari hasil bertanam ubi jalar.

bertanam ubi jalar

Foto: Google Image

Melansir balitkabi.litbang.pertanian.go.id, pria yang biasa dipanggil Stephan ini merupakan salah satu petani binaan kegiatan bioindustri ubi jalar yang dipimpin oleh Martina Lestari. Selain ubi jalar, Stephan juga menanam padi, sedikit jagung untuk konsumsi keluarga, serta memelihara sapi dan kambing.

Petani ini merupakan transmigran dari NTT sejak 1987. Mengingat lokasi asalnya, tidak heran jika Stephan tidak bisa terpisahkan dari jagung yang terkait secara adat dan makanan pokok.

Stephan memiliki lima anak yang mengenyam pendidikan tinggi. Ada yang lulusan di perguruan tinggi di Merauke, lulusan Universitas Cendrawasih, dan Universitas Terbuka di Jayapura. Anaknya yang lain menjadi tenaga pengajar dan tenaga kesehatan. Satu anaknya sedang menempuh pendidikan lanjutan selama satu tahun di salah satu universitas di Bogor, Jawa Barat.

Bagi orang kota, kuliah mungkin hal yang biasa. Namun, untuk seorang petani di pedalaman yang mampu menyekolahkan lima anaknya, merupakan hal yang luar biasa. Lebih hebatnya lagi, anak-anak Stephan bisa bersekolah dan kuliah karena hasil ubi jalar.

Tanaman ubi jalar Stephan berada di area pekarangan rumah berukuran 0,5 hektare (ha) yang bias menghasilkan sekitar 70 karung ubi jalar. Harga jual ubi jalar di Merauke saat ini sekitar Rp200 ribu per karung ukuran 50 kg.

Jadi dalam waktu 4 bulan, Stephan bisa menghasilkan sekitar Rp14 juta hanya dari penjualan ubi jalar dari pekarangan rumahnya. Ditambah hasil tani komoditas lain serta ternak, penghasilannya lebih dari cukup dan bisa mendukung anaknya meraih masa depan melalui pendidikan tinggi.

Konsep bioindustri ubi jalar yang diintroduksi di Kampung Erom ini mulai diterapkan oleh Stephan. Varietas unggulan hasil inovasi Badan Litbang Pertanian yang diintroduksi antara lain Beta 1 dan Beta 2. Hasil biomassa ubi jalar dimanfaatkan sebagai pakan kambing.

Kotoran kambing yang dikumpulkan diberikan ke tanah saat persemaian sebagai sumber pupuk. Konsep zero waste sudah mulai dipahami dan dikerjakan secara nyata hingga pedalaman Distrik Tanah Miring, Papua.

Berdasarkan masukan dari Stephan, ubi jalar ditumpangsarikan dengan jagung. Bagaimanapun, mereka tetap memerlukan jagung sebagai bahan makanan. Uji tahap awal tumpang sari ini akan dikembangkan lebih lanjut agar produksi ubi jalar dan jagung dapat diperoleh secara optimal.

Kedepan, pengembangan produk hasil olahan akan dicoba untuk diterapkan dan dikomersialkan mengingat lokasi domisili petani sekaligus lokasi kegiatan berada di jalur utama sehingga bisa menjadi lokasi pemasaran produk oahan ubi jalar.

Cari Artikel Lainnya