Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Edamame si Kacang Polong Yang Diminati Hingga Mancanegara

Edamame si Kacang Polong Yang Diminati Hingga Mancanegara

- Senin, 22 Juli 2019 | 14:45 WIB
Edamame si Kacang Polong Yang Diminati Hingga Mancanegara

Edamame si Kacang Polong Yang Diminati Hingga Mancanegara

Edamame merupakan makanan kegemaran masyarakat Jepang. Edamame dapat dikatakan sebagai produk spesifik atau fancy product, makanan kegemaran, bergantung pada selera, baik dari sisi penyajian maupun dari sisi jenis atau varietasnya. Sehingga untuk pasar ekspor, perlu diketahui selera konsumen dari negara tujuan ekspor. Jepang merupakan negara tujuan ekspor sekaligus pengkonsumsi edamame terbesar. Sampai pada tahun 2013, Indonesia merupakan negara terbesar ke-4 yang mengekspor adamame ke Jepang. Namun, mengekspor edamame tidaklah mudah, banyak standar dan sertifikasi yang harus dipenuhi oleh pengekspor untuk dapat mengekspor edamame ke luar negeri, selain syarat penerimaan pasar.

Edamame

Edamame (Glycine max (L.) Merr.), termasuk dalam tanaman jenis kedelai berbiji sangat besar. Bobot edamame lebih dari 30g/100 biji. Tanaman edamame dipanen dalam bentuk segar, polong masih hijau, dan saat polong masih muda yakni berumur 2 bulan. Kedelai yang disebut edamame memililki persyaratan yang didasarkan pada ukuran polong muda, yaitu memilki lebar 1.4 – 1.6 cm dan panjang 5.5 – 6.5 cm.

Edamame disebut juga dengan istilah kedelai sayur (vegetable soybean). Istilah edamame berasal dari bahasa Jepang eda berarti cabang; mame berarti kacang. Artinya, buah yang tumbuh di bawah cabang. Konsumsi edamame biasanya dalam bentuk segar sebagai kedelai rebus, dan itu paling banyak diminati oleh masyrakat Jepang, Cina, dan Korea. Edamame kaya protein, serat makanan, dan mikronutrien, terutama folat, mangan, fosfor dan vitamin K. Keseimbangan asam lemak dalam 100 gram edamame adalah 361 mg asam lemak omega- 3-1794 mg omega-6 asam lemak. Selain itu, edamame juga mengandung zat anti kolesterol sehingga sangat baik untuk dikonsumsi.

Edamame Di Indonesia

Budidaya edadame di Indonesia pertama kali dilakukan pada tahun 1990 di Gadog, Bogor, Jawa Barat, dengan hasil produksinya hanya di pasarkan di dalam negeri. Ekspor hasil budidaya Edadame di Indonesia, pertama kali dilakukan di Jember, Jawa Timur pada tahun 1995. Hasil produk edamame tersebut dipasarkan dalam bentuk segar beku karena diekspor sampai ke luar negeri, tepatnya Jepang. Varietas edamame yang pernah dibudidayakan di Indonesia diantaranya yaitu Ocunami, Tsurunoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh (tipe determinit dengan bobot biji relatif sangat besar).

Syarat Tumbuh Edamame Ekspor

Dalam praktek budidaya edadame yang disiapkan untuk ekspor, terdapat syarat tumbuh yang harus terpenuhi, diantaranya yaitu:

  1. Ketinggian lahan minimal 200 m diatas permukaan laut (dpl).
  2. Suhu berkisar 26 – 30° C, dengan penyinaran matahari penuh.
  3. Sifat tanah yang baik: tanah-tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Selain itu menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik.
  4. Keasamaan tanah (pH) yang cocok yaitu berkisar antara 5,8-7,0

Budidaya Edamame 

Berikut teknik budidaya edamame yang hasil produknya disukai pasar ekspor, diantaranya yaitu:

A. Lahan untuk Produksi:

  1. Tanaman edamame menyukai tanah berstruktur ringan, sedang sampai setengah berat dengan drainase yang baik dan jaminan kecukupan air.
  2. Beberapa hal lain yang diperlukan dalam pemilihan lahan untuk pengembangan edamame adalah:
  3. Lokasi dekat ke jalan untuk memudahkan transportasi hasil panen
  4. Jauh dari tanaman inang, terutama kedelai biasa
  5. Terdapat pengairan teknis, mudah membuang dan memasukkan air
  6. Hamparan datar dan tidak ternaungi
  7. Lingkungan sosial masyarakat mendukung dari segi tenaga kerja dan keamanan.

B. Jadwal Tanam

  1. Penanaman perlu dilakukan sepanjang tahun karena mengingat pasokan edamame dari Indonesia masih kecil, maka di luar musim puncak tetap diharapkan selalu tersedia stok
  2. Edamame dapat dibudidayakan sepanjang tahun, dengan menyesuaikan persyaratan yang harus dipenuhi. Kegiatan tanam dapat dibedakan atas tiga periode waktu, yaitu:
  3. Januari – April: basah - basah
  4. Mei – Agustus: kering - kering
  5. November – Januari: kering - basah

C. Jarak Tanam

  1. Benih edamame di tanam di atas permukaan bedengan setelah disebar pupuk kandang dan pupuk dasar, permukaan rata dan gembur, bersih dari gulma dan dalam kondisi lembab.
  2. Untuk memperoleh produksi optimal maka penanaman benih dilakukan dengan jari tangan.
  3. Lubang benih dibuat dengan ibu jari dan telunjuk, ditekan ke dalam bedengan tanah sedalam 2,0-3,0 cm.
  4. Ke dalam setiap lubang tanam dimasukkan satu butir biji benih edamame, kemudian lubang ditutup dengan tanah secara merata dan tidak dipadatkan (untuk menutup benih agar tetap berada di tempatnya dan menjaga kelembaban benih).
  5. Tanah bedengan lembab (kapasitas lapang)
  6. Jarak tanam 20 cm x 20 cm
  7. Mulsa jerami dihamparkan merata di atas permukaan bedengan (tidak terlalu tebal) yang telah ditanami, untuk menjaga kelembaban tanah bedengan.

D. Penyulaman dan Pemupukan

  1. Penyulaman: dengan cara tanam pindah (transplanting), menggunakan bibit yang sudah ditumbuhkan terlebih dahulu di dalam bilik pembibitan
  2. Pemupukan: menggunakan pupuk kandang dan pupuk dasar (urea, SP36, dan ZK), serta pupuk susulan untuk mencukupi kebutuhan hara pada masa pertumbuhan (umur 14 - 20 HST).

E. Pengairan dan Penyiangan

  1. Pengairan: dilakukan saat tanaman pada fase perkecambahan, pertumbuhan vegetatif, pembungaan, pembentukan dan pengisian polong, dan panen. Pengairan dilakukan setiap 7-10 hari sekali dan disesuaikan dengan jenis tanah.
  2. Penyiangan: bertujuan untuk mengendalikan atau membersihkan rumput atau tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh pada areal pertanaman edamame. Penyiangan biasanya dilakukan 2 - 3 kali atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

  1. Dilakukan sejak benih akan ditanam, yaitu dengan perlakuan rawat benih menggunakan insektisida karbosulfan (Marshall), serta dapat dicampur dengan fungisida Kaptan untuk pengendalian awal terhadap hama lalat bibit dan cendawan.
  2. Aplikasi insektisida pertama dilakukan 3-5 hari setelah benih berkecambah dan muncul di permukaan tanah, untuk mencegah serangan hama agromyza.

G. Panen

  1. Tanaman edamame untuk produksi polong segar dipanen pada umur 65- 68 HST dengan kondisi polong siap untuk dipetik, yaitu tingkat ketuaan polong cukup (polong terisi penuh) dan warna hijau cerah.
  2. Polong yang dipanen tersebut selanjutnya dibawa ke pabrik untuk dijadikan bahan baku ekspor (BBE) dan bahan baku mukimame (BBM).

Pengemasan Edamaame

Setelah teknik budidaya melalui proses dari penyiapan lahan sampai proses panen, edamame yang telah dipanen harus sudah siap diproses di pabrik dalam waktu empat jam setelah dipetik. Selanjutnya, edameme diolah untuk mempertahankan kualitas produk selama perjalanan mencapai konsumen.

Proses akhir pengolahan yaitu sebelum dieksport, edamame dikemas dalam karton ukuran tertentu lalu disimpan ke dalam container pendingin (-18°C sampai - 20°C). Container perlu dicek lebih dahulu akurasi suhu dan higienitasnya. Sedangkan, untuk konsumsi dalam negeri, cara pengirimannya juga mengikuti tata cara pengiriman untuk ekspor.

Produk Ekspor Edamame

Edamame yang layak ekspor harus memenuhi syarat higien dan kebersihan. Untuk memenuhi syarat untuk ekspor, syarat sanitasi negara tujuan harus dapat dipenuhi yang mengacu pada Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) maupun Quarantine & Sanitation Law (QSL) yang berlaku.

Syarta lainnya, yaitu seperti total plate count (TPC) atau jumlah bakteri yang tinggal hidup di setiap berat produk adalah pada angka 30.000 untuk proses Regular Blanching (perebusan 90 detik) dan angka maksimum 100.000 untuk proses Long Blanching (perebusan 150 detik). Selain itu, edamame layak ekspor juga harus bebas dari bakteri E. coli, Stabilococus, dan cendawan Salmonela.

Cari Artikel Lainnya