Home » Kongkow » kongkow » Lahan Pertanian di Bawah Tanah, Seperti Apa?

Lahan Pertanian di Bawah Tanah, Seperti Apa?

- Rabu, 03 Juli 2019 | 10:48 WIB
Lahan Pertanian di Bawah Tanah, Seperti Apa?

Keterbatasan lahan pertanian membuat sejumlah orang berinovasi dengan memanfaatkan lahan kosong yang tersedia. Salah satunya, yaitu dengan membuat lahan pertanian di bawah tanah, yakni dengan mendirikan rumah kaca di bawah tanah. Selain menghemat tempat, kabarnya hasil pertanian di sini lebih bersih dan ramah lingkungan.

lahan pertanian di bawah tanah

Foto: Google Image

Seperti diberitakan Delish, sebuah perusahaan pertanian bernama Growing Underground berhasil menanam buah dan sayur di rumah kaca yang terletak 30 meter di bawah tanah. Tepatnya di bekas bunker perang dunia kedua yang berada di wilayah Clapham, London. Growing Underground mampu memproduksi aneka buah dan sayur seperti lobak, ketumbar, bayam merah, seledri, peterseli, dan pea shoots. Tak hanya itu, sayuran microgreens dan berbagai jenis rempah juga dihasilkan di sini.

Walaupun berada di bawah tanah, lahan pertanian di bawah tanah dikontrol ketat oleh teknologi dan petugas khusus. Ruangan untuk menanam juga steril dan dilengkapi dengan LED untuk mengatur cahaya, pengatur suhu, sistem irigasi, sistem ventilasi canggih, dan juga sistem pengendalian hama. Kelebihan lain dari Growing Underground adalah hasil pertaniannya bersih dan dapat dipanen sesuai jadwal karena tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca di luar. Selain itu, lahan pertanian ini juga ramah lingkungan karena menerapkan sistem hidroponik yang memungkinkan penggunaan air 70 persen lebih sedikit dibanding sistem menanam konvensional.

Walaupun sudah berjalan sekitar 18 bulan, hasil pertanian Growing Underground baru dipasarkan ke restoran lokal dan petani setempat. Richard Ballard, pendiri Growing Underground, mengatakan dalam beberapa minggu ke depan tunas yang dihasilkan di tempatnya (bawah tanah) juga akan dibawa ke atas permukaan. Sebelum muncul gagasan berupa lahan pertanian bawah tanah, arsitek asal Belgia bernama Vincent Callebaut juga memiliki ide desain lahan pertanian vertikal. Ia menamainya dengan sebutan Dragonfly.

Cari Artikel Lainnya