Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Sejarah Kopi

Sejarah Kopi

- Senin, 01 Juli 2019 | 11:23 WIB
Sejarah Kopi

Sejarah kopi

Pixabay

Sejarah kopi, mulai dari asal-usul tanaman hingga perdagangannya.

Berbagai literatur mencatat tanaman kopi berasal dari Abyssinia, nama daerah lawas di Afrika yang saat ini mencakup wilayah negara Etiopia dan Eritrea. Namun tidak banyak diketahui bagaimana orang-orang Abyssinia memanfaatkan tanaman kopi. Kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan oleh orang-orang Arab. Biji kopi dari Abyssinia dibawa oleh para pedagang Arab ke Yaman dan mulai menjadi komoditas komersial.

Di masa awal, bangsa Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Mereka mengendalikan perdagangan lewat pelabuhan Mocha, sebuah kota yang terletak di Yaman. Dari pelabuhan Mocha biji kopi diperdagangkan hingga ke Eropa. Saat itu Mocha menjadi satu-satunya gerbang lalu-lintas perdagangan biji kopi, sampai-sampai orang Eropa menyebut kopi sebagai Mocha.

Memasuki abad ke-17 orang-orang Eropa mulai mengembangkan perkebunan kopi sendiri. Pertama-tama nereka mengembangkannya di Eropa, namun iklim di sana tidak cocok untuk tanaman kopi. Kemudian mereka mencoba membudidayakan tanaman tersebut di daerah jajahannya yang tersebar di berbagai penjuru bumi. Upayanya berhasil, orang-orang Eropa mampu menggeser dominasi bangsa Arab dalam memproduksi kopi.

Salah satu pusat produksi kopi dunia ada di Pulau Jawa yang dikembangkan bangsa Belanda. Untuk masa tertentu kopi dari Jawa sempat mendominasi pasar kopi dunia. Saat itu secangkir kopi lebih popular dengan sebutan “Cup of Java”  atau “Secangkir Jawa”.

Asal Usul Istilah Kopi

Menurut Wiliam H. Ukers dalam bukunya All About Coffe (1922) kata “kopi” mulai masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an. Kata tersebut diadaptasi dari bahasa Arab “qahwa”. Mungkin tidak langsung dari istilah Arab tetapi melalui istilah Turki “kahveh”.

Perlu diketahui, di Arab sendiri istilah “qahwa” tidak ditujukan untuk nama tanaman, tetapi merujuk pada nama minuman. Para ahli meyakini kata “qahwa” digunakan untuk menyebut minuman yang terbuat dari biji yang diseduh dengan air panas. Ada juga pendapat lain yang mengatakan qahwa awalnya merujuk pada salah satu jenis minuman dari anggur (wine).

Masih menurut Ukers, asal-usul kata “kopi” secara ilmiah mulai dibicarakan dalam Symposium on The Etymology of The Word Coffee pada tahun 1909. Dalam simposium ini secara umum kata “kopi” disepakati merujuk pada istilah dalam bahasa arab “qahwa”, yang mengandung arti “kuat”.

Ada juga pihak yang menyangkal istilah kopi diambil dari bahasa Arab. Menurut mereka istilah kopi berasal dari bahasa tempat tanaman kopi berasal yakni Abyssinia. Diadaptasi dari kata “kaffa” nama sebuah kota di daerah Shoa, di Selatan Barat Daya Abissynia. Namun anggapan ini terbantahkan karena tidak didukung bukti kuat. Bukti lain menunjukkan di kota tersebut buah kopi disebut dengan nama lain yakni “bun”. Dalam catatan-catatan Arab “bun” atau “bunn”digunakan untuk menyebut biji kopi bukan minuman.

Dari bahasa Arab istilah “qahwa” diadaptasi ke dalam bahasa lainnya seperti seperti bahasa Turki “kahve”, bahasa Belanda “koffie”, bahasa Perancis “café”, bahasa Italia “caffè”, bahasa Inggris “coffee”, bahasa Cina “kia-fey”, bahasa Jepang “kehi”, dan bahasa melayu “kawa”. Pada faktanya hampir semua istilah untuk kopi di berbagai bahasa memiliki kesamaan bunyi dengan istilah Arab.

Khusus untuk kasus Indonesia, besar kemungkinan kata “kopi” diadaptasi dari istilah Arab melalui bahasa Belanda “koffie”. Dugaan yang logis karena Belanda yang pertama kali membuka perkebunan kopi di Indonesia. Tapi tidak menutup kemungkinan kata tersebut diadaptasi langsung dari bahasa Arab atau Turki. Mengingat banyak pihak di Indonesia yang memiliki hubungan dengan bangsa Arab sebelum orang-orang Eropa datang.

Legenda dan Mitos

Siapapun yang mencoba menelusuri asal-usul kopi mungkin akan menemukan dua legenda yang sangat terkenal. Yakni cerita “Si Kaldi dan kambingnya” dan cerita “Ali bin Omar al Shadhili”. Kedua legenda ini menceritakan awal manusia mengolah buah kopi.

Si Kaldi dan kambingnya

Kaldi dan kambingnya

Legenda kopi dan kambingnya (Ilustrasi: Wiliam H. Ukers)

Cerita ini diambil dari legenda yang berkembang di Etiopia. Syahdan terdapat seorang pemilik kambing bernama Kaldi. Pada suatu hari si Kaldi mendapati kambingnya hiperaktif, melompat ke sana kemari seperti sedang menari. Setelah diselidiki ternyata kambingnya telah memakan buah beri merah dari pohon yang belum dikenali. Dengan rasa penasaran si Kaldi mencoba buah tersebut. Setelah memakannya ia mendapati dirinya berperilaku seperti kambingnya.

Si Kaldi melaporkan kejadian ini ke seorang biarawan. Si biarawan tertarik dengan cerita si Kaldi dan ia pun mencoba buah tersebut. Efeknya si biarawan merasa seperti mendapat tenaga ekstra, ia bisa terjaga di malam hari tanpa mengantuk untuk berdo’a. Karena rasa buah ini sedikit pahit, biarawan lain mulai mengolahnya dengan memanggang dan menyeduh buah tersebut. Sejak itu kopi dikenal menjadi minuman yang bisa memberikan kekuatan ekstra dan mengusir kantuk.

Ali bin Omar al Sadhili

Konon di kota Mocha, Yaman, hidup seorang tabib sekaligus sufi yang taat beribadah, namanya Ali bin Omar al Shadhili. Omar terkenal sebagai tabib handal yang bisa menyembuhkan penyakit dengan memadukan tindakan medis dan do’a. Namun sepak terjang Omar tidak disukai oleh penguasa lokal. Dengan berbagai intrik Omar digosipkan bersekutu dengan setan untuk menyembuhkan pasiennya. Akhirnya masyarakat kota Mocha mengusir Omar ke luar kota.

Setelah terusir dari kota, Omar berlindung di sebuah gua yang ia temukan dalam perjalanan. Ia mulai kelaparan dan menemukan buah beri berwarna merah. Omar memakan buah itu untuk mengusir rasa laparnya. Karena rasanya pahit, ia mulai mengolah buah itu dengan cara memanggang dan merebusnya.

Namun biji kopi yang telah diolah Omar tetap tidak bisa dimakan. Ia pun hanya bisa meminum airnya. Tak disangka air yang ia minum memberikan kekuatan ekstra. Singkat cerita, air seduhan yang dibuat Omar mulai terkenal. Banyak orang yang memintanya kepada Omar. Hingga fenomena terdengar penguasa kota. Kemudian Omar dipanggil kembali untuk tinggal di kota. Obat mujarab berupa cairan hitam tersebut disebut dengan nama Mocha.

Awal Mula Budidaya Tanaman Kopi

Di masa awal semua tanaman kopi yang dibudidayakan merupakan jenis kopi arabika (Coffea arabica). Hal ini merujuk pada tanaman kopi yang dikembangkan oleh bangsa Arab. Dimana dari Abyssinia tanaman kopi dibawa ke Yaman dan dibudidayakan di dataran tinggi daerah itu.

Diperkirakan budidaya tanaman kopi di Yaman terjadi sekitar tahun 575 Masehi. Pada masa ini perkembangan kopi berjalan lambat. Kopi menjadi komoditas eksklusif daerah itu. Biji kopi hanya diperdagangkan ke luar Arab lewat pelabuhan Mocha di Yaman.

Para pedagang Arab saat itu sangat melindungi eksklusifitas kopi. Mereka mewajibkan merebus biji kopi yang akan diperdagangkan dengan harapan biji tersebut tidak bisa ditumbuh menjadi tanaman.

Penyebaran Tanaman Kopi

Penyebaran kopi arabika

Peta awal mula penyebaran tanaman kopi. (Gambar: diolah dari IRD)

Penyebaran ke Asia Selatan

Upaya untuk mengisolasi biji kopi oleh para pedagang Arab tidak berhasil. Pada tahun 1616 orang Belanda berhasil membawa tanaman kopi dari pelabuhan Mocha ke Holand, Belanda. Kemudian pada tahun 1658 bangsa Belanda mulai mencoba membudidayakannya di Srilangka. Tidak ada laporan tingkat keberhasilan budidaya tanaman ini. Diketahui juga orang-orang Eropa pernah mencoba membudidayakan tanaman kopi di Dijon, Perancis. Namun upaya ini gagal total, kopi tidak bisa tumbuh di sana.

Selain lewat pelabuhan Mocha ternyata banyak pintu masuk lain yang memungkinkan lalu lintas perdagangan biji kopi. Salah satunya lewat perjalanan para peziarah yang ingin berhaji ke Mekah dan Madinah. Pada tahun 1695 Baba Budan, seorang peziarah dari India, berhasil membawa biji kopi produktif ke luar Arab. Ia membudidayakan tanaman kopi di Chikmagalur, India bagian Selatan.

Penyebaran ke Asia Tenggara

Pada tahun 1969 Belanda mendatangkan kopi dari Malabar, India, ke Pulau Jawa. Tanaman kopi tersebut berasal dari biji yang di bawa dari Yaman ke Malabar. Tanaman kopi yang tersebut ditanam di Kadawung, namun upaya ini gagal karena banjir.

Tiga tahun kemudian Belanda mendatangkan kembali stek kopi dari Malabar. Upaya kali ini menuai sukses. Kopi tumbuh dengan baik di perkebunan-perkebunan di Jawa. Hasil produksinya menggeser dominasi kopi Yaman. Bahkan saat itu Belanda menjadi pengekspor kopi terbesar di dunia.

Penyebaran ke Amerika dan kepulauan sekitarnya

Kopi didatangkan ke wilayah Amerika dan kepulauan di sekitarnya lewat dua pintu. Di mulai pada tahun 1706 ketika Belanda membawa tanaman kopi dari Jawa ke kebun raya di Amsterdam. Dari Amsterdam tanaman kopi di bawa ke Suriname. Sebagian lain diberikan sebagai hadiah kepada Raja Louis XIV di Paris.

Pada tahun 1720 tanaman kopi dari Paris dibawa untuk ditanam di koloni Perancis di Kepulauan Karibia. Kisah perjalanan tanaman kopi sangat populer. Diceritakan sebuah pohon kopi yang di bawa dengan kapal Perancis bisa tetap hidup karena disirami dengan air minum milik petugas pembawanya. Semua tanaman kopi yang berasal dari sumber di Amsterdam ini dikenal dengan kultivar Typica.

Jalan lain tanaman kopi masuk ke Amerika lewat Pulau Bourbon, sekarang La Reunion. Tanaman berasal dari biji yang diberikan oleh utusan Sultan Yaman kepada Raja Louis XIV pada trahun 1715. Perancis menerima 60 butir benih kopi di Bourbon. Kemudian benih ini menyebar ke daerah jajahan Perancis di Amerika dan daerah lainnya. Tanaman kopi ini dikenal dengan kultivar Bourbon. Kedua kultivar kopi arabika, yakni Typica dan Bourbon dipercaya menjadi sumber tanaman kopi yang saat ini dikembangkan di berbagai perkebunan.

Budaya Minum Kopi

Iklan kopi tempo dulu

Iklan komersial minuman kopi di Amerika Serikat, tahun 1870 – 1900. (Sumber: Boston Public Library/Flickr)

Dokumen tertulis yang paling tua tentang kopi ditemukan dalam catatan Al Razi (850-922) seorang ilmuwan muslim yang juga ahli kedokteran. Dia menyebut suatu minuman yang ciri-cirinya mirip kopi dengan sebutan bunshum. Catatan ini diperkuat oleh seorang ahli kedokteran setelahnya, Ibnu Sina (980-1037 ), yang menggambarkan sesuatu biji yang bisa diseduh dan berkhasiat menyembuhkan salah satu penyakit perut. Semua keterangan yang diberikan Ibnu Sina merujuk pada ciri-ciri kopi yang kita kenal saat ini. Dia menyebut minuman tersebut bunshum dan bijinya dengan nama bun. Kopi menjadi komoditas ekonomi penting di dunia islam. Minuman kopi sangat populer di kalangan para peziarah di kota Mekah, meskipun pernah beberapa kali dinyatakan sebagai minuman terlarang. Para peziarah meminum kopi untuk tetap terjaga ketika beribadah di malam hari. Popularitas kopi semakin meluas di masa kekhalifahan Turki Ustmani. Di ceritakan minuman kopi menjadi sajian utama di setiap perayaan di Istambul. Di masa ini juga kopi mulai disukai orang-orang Eropa. Di awal tahun 1600-an para pedagang di Venesia membeli kopi dari pelabuhan Mocha di Yaman. Dari tempat ini menyebar ke daerah Eropa lainnya. Kemudian pada tahun 1668 kopi mulai menyeberang samudera Atlantik dan tiba di New York, kala itu masih menjadi kooni Belanda.

Sejarah Kopi di Indonesia

Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun upaya ini gagal kerena tanaman tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir. Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Pada tahun 1878 terjadi tragedi yang memilukan. Hampir seluruh perkebunan kopi yang ada di Indonesia terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix (HV). Kala itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis Arabika(Coffea arabica). Untuk menanggulanginya, Belanda mendatangkan spesies kopi liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit karat daun.

Sampai beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan kopi arabika di perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa kopi liberika saat itu dihargai sama dengan arabika. Namun rupanya tanaman kopi liberika juga mengalami hal yang sama, rusak terserang karat daun. Kemudian pada tahun 1907 Belanda mendatangkan spesies lain yakni kopi robusta (Coffea canephora). Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi robusta yang ada di dataran rendah bisa bertahan. Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh perkebunan kopi Belanda yang ada di Indonesia di nasionalisasi. Sejak itu Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia.

Perdagangan Biji Kopi

Berdasarkan catatan International Coffee Organization (ICO), terdapat 4 jenis kopi yang diperdagangkan secara global yakni kopi arabikakopi robustakopi liberika dan kopi excelsa. Keempat jenis kopi tersebut berasal dari 3 spesies tanaman kopi. Arabica dihasilkan oleh tanaman Coffea arabica. Robusta dihasilkan tanaman Coffea canephora. Sedangkan liberika dan excelsa dihasilkan oleh tanaman Coffea liberica, persisnya Coffea liberica var. Libericauntuk kopi liberika dan Coffea liberica var. Dewevrei untuk kopi excelsa.

Era awal (abad ke-17)

Di masa awal kopi hanya dikenal di masyarakat islam di jazirah Arab. Di awal abad ke-17 kopi mulai diperdagangkan ke luar Arab lewat pelabuhan Mocha di Yaman. Para pedagang Arab memonopoli komoditas ini untuk jangka waktu yang lama.

Tanaman kopi

Volume perdagangan biji kopi dari tahun 1700-1800-an. (Grafik: S Oestreich-Janzen, 2013)

Menginjak abad ke-18, bangsa Eropa mulai memproduksi kopi di luar Arab. Hingga pada tahun 1720 Belanda menggeser Yaman sebagai eksportir kopi dunia. Produk Belanda didapatkan dari perkebunan-perkebunan kopi di Jawa dan pulau-pulau sekitarnya, saat ini menjadi wilayah Indonesia. Indonesia menjadi produsen kopi terbesar dunia hampir satu abad lamanya. Pada tahun 1830 posisi Indonesia sebagai produsen kopi terbesar digeser Brasil. Hingga saat Brasil tercatat sebagai penghasil kopi terbesar dunia.

Era modern (awal abad ke-20)

Perdagangan tanaman kopi

Volume perdagangan biji kopi dari tahun 1920-2008. (Grafik: S Oestreich-Janzen, 2013)

Dewasa ini kopi ditanam di lebih dari 50 negara di dunia. Brasil, Vietnam, Kolombia, Indonesia dan Etiopia merupakan negara-negara penghasil kopi paling terbesar. Brasil merupakan penghasil kopi paling dominan. Jumlah produksi kopi kopi berhasil sekitar sepertiga dari total produksi kopi dunia. Pada tahun 2015 Brasil menghasilkan sekitar 2,5 juta ton biji kopi. Produksi kopi di Brasil didominasi oleh jenis arabika sekitar 80%, sisanya robusta. Kopi arabika dinilai lebih baik dan dihargai lebih tinggi dibanding jenis kopi lainnya. Sementara itu, pada tahun 2015 Indonesia menempati posisi ke-empat negara penghasil kopi. Menurut Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI), sekitar 83% produksi kopi Indonesia dari jenis robusta dan 17% arabika. Indonesia juga menghasilkan kopi jenis liberika dan excelsa namun jumlahnya tidak signifikan bila dibandingkan arabika dan robusta.

Cari Artikel Lainnya