Home » Kongkow » kongkow » Apa yang Terjadi Jika Pepohonan di Muka Bumi Musnah?

Apa yang Terjadi Jika Pepohonan di Muka Bumi Musnah?

- Selasa, 28 Mei 2019 | 04:56 WIB
Apa yang Terjadi Jika Pepohonan di Muka Bumi Musnah?

 

Ketika para penyair berkata, “Dedaunan berjatuhan seiring jatuhnya qalbuku dipelupuk matamu, Engkau layaknya mawar yang elok mekar mewangi”

Atau dalam suatu judul novel yang menarik, “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin”

Penyair dan novelis memakai keindahan dari unsur-unsur tanaman untuk menggambarkan bentuk keindahan serta pelajaran filosofis dalam objek puisinya.

Namun, akankah masih dapat menjadi kenyataan untuk dilihat dan dirasakan bagi orang-orang di masa mendatang? Atau kah hanya bersisa menjadi sebatas kata dan galeri foto yang dapat dilihat oleh mereka?, karena di sekitar mereka, sudah tak ada lagi pepohonan yang hidup.

Bayangkan bila tak ada lagi pohon di dunia! Tidak akan ada lagi tempat teduh hijau sembari sepoi angin meniup. Tidak akan lagi daun-daun berjatuhan dari atas kita. Tidak akan ada rumput yang kita pijak. Tidak akan lagi ada bunga berwarna-warni indah saat bermekaran.

Semua akan menghilang, dunia akan tampak tanpa pepohonan.

Terdapat sekitar 3,04 miliar pohon di planet bumi (Crowther, dkk 2015). Sementara, sekitar 15 juta pohon ditebang setiap tahun. Jadi, secara hipotesis, diperlukan 200 tahun lebih bagi hutan-hutan di dunia untuk benar-benar menghilang. Meskipun hipotesis ini terbilang aneh, namun bagaimana konsekuensi yang terjadi bila skenario ini benar-benar terjadi?

1. Oksigen berkurang

Taukah kalian, bila pepohonan memberi sumbangsih sekitar 35% dari total oksigen di atmosfer. Selebihnya berasal dari samudra, yaitu dari alga dan fitoplankton. Saat 3.04 miliar pohon benar-benar menghilang. Jumlah okesigen akan menurun. Wajar saja, karena itu artinya kehilangan 35% persen oksigen. Di sisi lain, jumlah karbon dioksida akan meningkat. Untuk sesaat, orang-orang tidak akan menyadari ada sesuatu yang berubah di planet bumi yang mereka tinggali.

2. Banjir dan Erosi

Di berbagai belahan bumi akan mengalami cuaca yang ekstrem seperti badai dan banjir. Pepohonan yang seharusnya dapat meredam gaya angin penyebab badai, sudah tidak ada lagi. Sementara dengan tidak adanya akar yang mampu menyerap air dari tanah, maka akan menghasilkan banjir. Apalagi jika intensitas hujan tinggi, maka akan terjadi banjir yang luar biasa besar.

Selain banjir yang menimpa, akan ada erosi besar-besaran. Kita tahu, akar melakukan pekerjaan untuk menahan tanah dengan kuat. Sehingga, tanpa pepohonan, akan ada erosi lapisan atas tanah, terjadi tanah longsor serta sedimen di sungai atau danau. Tentunya, tidak hanya merugikan manusia, tapi juga ikan-ikan dan kehidupan air di sungai ataupun danau.

3. Masalah makanan dan air

Pepohonan mampu menyaring polutan dari udara dan tanah. Polutan itu di antaranya karbon monoksida, amonia, sulfur dioksida, nitrogen dioksida.

Dengan hilangnya fungsi pohon tersebut, akan menyebabkan kekeringan melanda. Curah hujan akan menurun. David Ellison, penulis utama dari kajian penelitian (pepohonan, hutan, dan air: sudut pandang dingin untuk sebuah dunia yang panas) memberikan contoh dari curah hujan di Cekungan Blue Nile yang asalnya dari hutan hujan di Afrika Barat – sebuah areal yang memperlihatkan peningkatan deforestasi yang cukup tinggi.

“Jika deforestasi berlanjut dalam laju yang sekarang, kita bisa kehilangan setara 25% curah hujan di dataran tinggi Ethiopia,” terangnya.

Selain itu, akan muncul masalah air bersih. Air bersih akan menjadi barang yang langka. Kekeringan yang terjadi akan menyebabkan berkurang aliran air menuju sungai-sungai dan danau. Sumber air bagi manusia akan terkontaminasi, sehingga akan lebih sulit untuk dilakukan penyaringan.

Kekeringan yang terjadi tersebab pepohonan yang menghilang dari muka bumi, akan menyebabkan masalah makanan bagi manusia. Tanaman adalah dasar dari semua rantai makanan. Tanpa pohon tidak akan ada kertas, tidak ada pensil, bahkan tidak ada kopi atau teh, tetapi lebih mendasar lagi juga tidak ada makanan untuk hewan, atau kita, untuk dimakan. Dan karena 70% dari hewan dan tumbuhan darat Bumi hidup di hutan, mayoritas akan kehilangan habitatnya. Begitu pun manusia, rasa nikmat dari memakan nasi dan sayuran tak akan lagi dapat dirasakan.

4. Pemanasan global dan kepunahan

Banyak hewan yang hanya bergantung pada tanaman dan pepohonan sebagai makanan dan habitatnya akan punah. Rantai makanan yang paling dasar telah musnah. Namun, bagi sekumpulan hewan pemakan bangkai akan hidup lebih lama, karena mereka memakai bangkai dari hewan-hewan yang mati tersebut.

Beberapa tahun setelah musnahnya pepohonan dari muka bumi, manusia akan mulai merasakan pemanasan global yang ekstrem. Es di kutub akan mencair secara besar-besaran, menyebabkan permukaan air laut menjadi naik.

Selain itu, tanpa pepohonan, air akan terkontaminasi polutan. Akibatnya, bila terjadi hujan, yang turun adalah hujan asam.

Kondisi saat itu adalah Gas karbon dioksida yang semakin meningkat dan berkurangnya oksigen disertai polutan yang makin bejibun. Alhasil, masker pelindung polusi udara dan tabung oksigen menjadi hal yang lumrah dan sangat dibutuhkan.

Setelah bertahun-bertahun bumi mengalami kondisi tanpa pepohonan, umat manusia akan kehilangan banyak hal, seperti sumber energi, makanan utama seperti nasi dan lainnya, buah-buahan dan kacang-kacangan, karet, bahan utama dalam obat-obatan dan masih banyak lagi.

Bumi tanpa pepohonan tak akan lagi tampak hijau. Bahkan jika umat manusia hidup di daerah yang sangat kotor sekalipun, ataupun dihempas berbagai bencana, umat manusia akan tetap mampu mencari jalan untuk bertahan hidup. Namun, apakah di situ, dunia dimana umat manusia ingin hidup?

Memang benar pepatah lama, “mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan”.

Cari Artikel Lainnya