Home » Kongkow » kongkow » Apakah Perubahan Iklim Berbahaya bagi Pertanian Kita?

Apakah Perubahan Iklim Berbahaya bagi Pertanian Kita?

- Kamis, 23 Mei 2019 | 14:48 WIB
Apakah Perubahan Iklim Berbahaya bagi Pertanian Kita?

 

Perubahan Iklim Berbahaya bagi Pertanian Kita?" />

Perubahan iklim mungkin malah menguntungkan beberapa tumbuhan, dengan memperpanjang musim tanam dan meningkatkan karbondioksida.

Namun, efek lain dari dunia yang semakin hangat seperti bertambahnya hama, kekeringan , dan banjir akan menjadi semakin ganas.

Bagaimana planet Bumi dan tumbuhan dapat beradaptasi?

Dengan pemodelan iklim agresif yang disebut HadGem2, para peneliti di International Food Policy Research Institute memproyeksikan bahwa sebelum tahun 2050, lahan pertanian yang sesuai untuk komoditas utama yaitu jagung, kentang, beras dan gandum akan bergeser, dalam beberapa kasus mendesak petani-petani harus menanam tanaman baru.

Ada lahan tani yang mungkin diuntungkan oleh pemanasan global, tetapi ada pula yang tidak.

Jagung

Dengan perubahan iklim, akan ada wilayah baru yang bisa ditanami jagung, tetapi wilayah lama akan berkurang produksinya. Jagung akan ditanam lebih banyak petani di lebih banyak tempat.

Tempat yang paling banyak menanam jagung adaah wilayah midwest Amerika Serikat. Meski produksinya turun 20 persen, wilayah itu tetap menjadi pemasok global.

Banyak tanaman di Brasil akan menderita. Dalam model HadGem2, hasil panen jagung akan berkurang hampri 16 persen di wilayah ini.

Kentang

Pertumbuhan pertanian kentang cenderung paling baik di suhu dingin. Dalam iklim yang lebih panas, mungkin kentang dapat ditanam di wilayah yang lebih tinggi di pegunungan.

Pertambahan hama akan menurunkan produktivitas pertanian kentang di ketinggian di Pegunungan Andes, Amerika Selatan.

Petani kentang Eropa utara akan mengalami musim tanam lebih panjang. Ladang yang lebih selatan akan semakin kering.

Grafik Prediksi Perubahan Produksi Pertanian Global

Padi

Tidak seperti tanaman yang akan menurun drastis, padi yang dapat tumbuh di udara panas dan dingin mungkin akan baik-baik saja. Para peneliti menduga hasil panen Afrika dapat berlipat ganda di masa depan.

Tanah subur dan air melimpah di Afrika Barat mungkin bisa menopang padi lebih banyak. Beberapa bagian Afrika Timur diprediksi sangat berpotensi untuk memperluas produksi.

Sebagian besar produksi beras di Indonesia tidak akan terpengaruh oleh perubahan iklim, tetapi produksi jagung akan menurun hingga 20 persen.

Gandum

Hampir semua skenario iklim menunjukkan penurunan hasil panen gandum. Cuaca lebih panas di seluruh dunia juga mungkin akan memicu pertambahan penyakit tanaman merusak.

Beberapa bagian baru di Australia akan dapat ditanami, tetapi kekeringan harus dihadapi dengan pertanian yang efisien, jika ingin terus menanam gandum.

Perubahan iklim mungkin paling toleran terhadap tanaman gandum, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi produksi tanaman utama lain.

Masalah yang akan kita hadapi

Perubahan di Asia, dengan populasi dan wilayah lahan yang besar, akan berdampak pada paling banyak orang. India dan Cina aka mengalami penyempitan lahan tani besar-besaran.

Tantangan yang ada bakal lebih berat, ditambah dengan pertumbuhan populasi manusia. Untuk memenuhi kebutuhan ini, produksi pertanian dunia tahunan harus meningkat 60-70 persen sebelum tahun 2050.

Manusia tidak kekurangan nasihat soal cara menjalani hidup dalam situasi sekarang. Pencarian “how to live with” di search engine Google, si tolok ukur kepopuleran itu, menghasilkan lebih dari 55 juta halaman. Jika ditambah menjadi “how to live with climate change” hasilnya turun menjadi sekitar 44.000.

Banyak sekali ide soal ini. Di antara sekian banyak, tentunya ada beberapa yang bisa membantu kita menyesuaikan diri dengan masalah yang tak bisa kita perbaiki.

Kalau benar bahwa kita belajar melalui perbuatan, pelajaran itu sudah dimulai. Hal yang kita hadapi ini menggentarjan, cuaca dan panas ekstrim, ancaman terhadap air, tanaman dan kesehatan.

Cari Artikel Lainnya