Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Arti Penting Keteladanan dari Sosok Guru dan Tenaga Kependidikan

Arti Penting Keteladanan dari Sosok Guru dan Tenaga Kependidikan

- Rabu, 19 Desember 2018 | 11:40 WIB
Arti Penting Keteladanan dari Sosok Guru dan Tenaga Kependidikan

Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) punya peranan vital dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Oleh karenanya, mereka patut diberi penghargaan atas dedikasinya memberantas kebodohan di bumi pertiwi. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2018.

Pada acara malam penghargaan di Plasa Insan Berprestasi, Kemendikbud, Senayan, Rabu 15 Agustus 2018, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyampaikan pesan kepada para GTK akan pentingnya keteladanan sebagai jati diri yang tidak boleh hilang dari seorang pendidik.

Di hadapan 908 orang GTK yang berasal dari 34 provinsi dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN), Mendikbud menyampaikan rasa bahagianya bisa bertemu dengan para GTK yang hadir dalam acara tersebut. Ia berpesan kepada para GTK penerima penghargaan agar dapat menjadi contoh dan tempat bercermin bagi teman-teman sejawat, serta teladan bagi peserta didik di daerahnya masing-masing.

“Pendidikan itu sebetulnya, ruhnya adalah keteladanan. Karena itu keteladananlah yang kita dorong sekarang. Bagaimana guru tampil betul-betul menjadi teladan. Kalau dalam istilah sosiologi pendidikan, sebagai the significant others,” ujar Mendikbud.

Keteladanan, menurut Mendikbud, sangat penting dalam proses pembelajaran, di samping penguasaan materi dan metodologi pembelajaran. “Jadi kalau guru sudah tidak bisa lagi menjadi teladan, maka hilanglah jati diri keguruannya,” lanjut Muhadjir.

Dirinya berharap, guru dan tenaga kependidikan bisa bersiap diri, dan mengingat dengan sungguh-sungguh tanggung jawab yang dipikul sebagai guru teladan.

Untuk diketahui, salah satu penerima penghargaan sebagai Pemenang I, Kepala SD Daerah Khusus, Yohana Kombon dari SD Inpres Muting III, Distrik Ulilin, Kabupaten Merauke, Papua, menyadari betul arti keteladanan dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah di daerah konflik.

Ketika baru ditugaskan, Yohana dihadapkan pada kenyataan bahwa sekolahnya terbakar, sehingga mereka tidak lagi memiliki gedung untuk belajar. "Kalau guru ada, murid ada, tapi gedung sekolah tidak ada, tidak mungkin proses (pembelajaran) itu bisa jalan,“ ungkap Yohana.

Dengan segala keterbatasan, Yohana berusaha agar gedung sekolah dapat dibangun kembali."Jadi saya berusaha dengan keberanian walaupun saya seorang wanita. Saya berusaha sampai akhirnya sekolah itu dibangun kembali, sampai dengan saat ini. Walaupun kondisi daerah saya tidak aman, sering terjadi konflik, tapi saya tetap bertahan,” lanjutnya.

Ia pun mengaku sangat bersyukur banyak hal yang telah berubah sejak dirinya bertugas di daerah khusus tersebut. Kerja kerasnya selama ini dalam menerapkan manajemen sekolah yang baik pun membuahkan hasil berupa penghargaan puncak sebagai Juara I Kepala Sekolah Daerah Khusus pada Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2018. Penghargaan ini juga yang sukses membawa Yohana berkunjung ke Jakarta untuk kali perdana.

Cari Artikel Lainnya