Home » Kongkow » Prestasi » Mahasiswa Usm Ciptakan Listrik dari Lumpur Bledug Kuwu

Mahasiswa Usm Ciptakan Listrik dari Lumpur Bledug Kuwu

- Senin, 26 November 2018 | 08:46 WIB
Mahasiswa Usm Ciptakan Listrik dari Lumpur Bledug Kuwu

Makin menipisnya sumber daya minyak bumi untuk memproduksi listrik, mendorong Nur Hidayat meneliti lebih jauh fenomena lumpur menyembur di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Grobogan, Jawa Tengah. Benar saja, instingnya itu menuntunnya kepada temuan mutakhir, yakni penciptaan energi listrik bertenaga lumpur. Nur merupakan mahasiswa semester tujuh Teknik Elektro Universitas Semarang(USM). Dia baru saja merampungkan penelitiannya selama sebulan, menganalisa kandungan di dalam lumpur yang ia ambil dari lokasi bernama Bleduk Kuwu itu. Karena awalnya melihat warga desa Kuwu memanfaatkan lumpur jadi garam. Maka saya tertarik kenapa tidak dicoba saja garam yang sifatnya penghantar tegangan listrik ini.

Karena, selain endapan garam, lumpur tadi ternyata juga mengandung magnesium, tembaga, seng, besi, dan alumunium. Kadarnya cukup tinggi sebagai energi pembangkit listrik. Kendati demikian, untuk mendapatkan menciptakan energi listrik, maka harus dibuatkan panel berangkai seri terlebih dahulu. Memanfaatkan puluhan potong pipa berdiameter 3 sentimeter. Dijadikan satu dan diberi penghantar di tiap ujungnya. Bentuknya, lebih mirip sebuah dinamit.

Tentunya, di dalam tiap pralon itu, ia isi beberapa liter lumpur tadi sebagai sumber energi listrik. Tapi ada kendala di sini, karena kalau lumpur itu cair kan jadinya kalau goyang penghantarnya bisa bersentuhan, drop tegangannya. Jadi pakainya lumpur kering, kita kasih air, dia akan konstan, tak akan goyah. Setelah utak-atik cukup lama, ia pun memperagakan kinerja panel bikinannya itu. Dimulai dari mengukur tegangan, dimana per pipa berisi lumpur atau ia sebut sel, bisa mencapai 0.80 mini ampere. Maka dikalikan saja itu, ada 27 sel per panelnya. Jadi total berapa. Arusnya DC (direct current).

Tak lama kemudian, ia sambungkan panel tadi ke sambungan kabel lampu 12 watt yang telah ia bawa sebelumnya. Terbukti, penelitiannya bukan bohong belaka. Lumpur Bleduk Kuwu bisa membuat lampu itu menyala terang. Dengan satu panel ini bisa tahan lima hari. Pernah saya panjer selama itu, matinya perlahan. Tidak langsung mak pet, tapi dari redup dulu. Kalau mau lebih lama, ya tinggal diperbesar saja rangkaiannya ini. Ke depan, saya mau coba buat menghidupkan motor. Ketika garam terkena air maka mengalami proses mengurai senyawa negatif dan positif. Garam inilah yang jadi penghantar ion listrik melalui seng dan besi-besi yang dipasang di peralon. Untuk seliter lumpur yang diambil dari Desa Kuwu sudah bisa menghasilkan tegangan 16,4 volt.

Nur pribadi harus merogoh kocek sebesar Rp 600 ribu untuk membiayai temuan ilmiahnya tersebut. Tapi, perabotnya tak harus sama seperti miliknya. Seperti pralon bisa diganti botol atau logam bisa diganti dengan yang lebih murah, asal karakteristiknya sama. Banyak yang tidak percaya awalnya sebelum saya tunjukkan. Karena memang bahan dasarnya ini. Saya sendiri pilih lumpur, karena air laut itu cair, bisa goyang. Angin itu jam-jam an. Tak setiap waktu. Nah lumpur ini pas dan saya lihat di jurnal-jurnal penelitian lain belum ada.

Kendati demikian, harapannya agar temuannya ini bisa jadi solusi energi listrik terbarukan tetap saja ada kendalanya. Lantaran, lokasi bahan dasar lumpur, yaitu Bleduk Kuwu itu sendiri masuk ke dalam kawasan dilindungi negara. Makanya, ia berpikiran mengambil Lumpur Sidoarjo yang ia analisa punya kandungan mirip jika tak dapat izin Pemkab Grobogan. Ini sangat ramah lingkungan. Karena lumpur Bleduk Kuwu hanya dibiarkan begitu saja. Inilah peluang yang harus digunakan sebagai energi alternatif pengganti cadangan minyak bumi yang terus menurun tiap tahunnya. Lagipula saya hanya ambil energinya. Setelah itu saya kembalikan dan kandungannya akan kembali seperti semula saat didiamkan.

Cari Artikel Lainnya