Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Tahukah Anda, Kenapa Beberapa Orang Bisa Lebih Kreatif Dari Yang Lain?

Tahukah Anda, Kenapa Beberapa Orang Bisa Lebih Kreatif Dari Yang Lain?

- Rabu, 12 September 2018 | 09:44 WIB
Tahukah Anda, Kenapa Beberapa Orang Bisa Lebih Kreatif Dari Yang Lain?

Apakah anda termasuk orang yang kreatif? Dalam dunia kerja kita sering sekali di hadapkan dengan perkerjaan yang menuntut kita harus kreatif. Tak hanya dunia kerja, sekolah juga sering kali menuntut murid harus berpikir kreatif. Menjadi seorang yang kreatif tidak lah mudah, namun tak juga acaman besar. Menjadi orang yang kreatif sangat menyenangkan bagi beberapa orang. Karena disamping dia bisa membuat sesuatu yang tidak biasa, orang yang memiliki otak kreatif mampu menyalurkan hobi nya yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah contohnya saja seperti melukis.

Namun, pernahkah anda berpikir mengapa tidak semua orang bisa memiliki kreativitas dalam berpikir yang sama antara satu manusia dengan manusia lainnya? Hmmm, saya awal juga berpikir seperti itu. Kenapa kita tidak sama dengan orang kreatif lainnya. Tetapi, anda jangan putus asa dulu. Jika ingin mengatahui alasannya mengapa, yuk baca ulasannya sampai selesai.

Mengapa Beberapa Orang Bisa Lebih kreatif dari yang Lain?

Layaknya kecerdasan, kreativitas dianggap sebagai sifat yang dimiliki semua orang, namun, mengapa beberapa orang bisa lebih kreatif dibanding yang lain? Kreativitas sering kali diartikan sebagai kemampuan untuk memikirkan gagasan baru dan berguna. Layaknya kecerdasan, kreativitas dianggap sebagai sifat yang dimiliki semua orang, tidak terbatas pada Picasso dan Steve Jobs saja.

Kreativitas bukan sekadar kemampuan menggambar atau merancang produk. Setiap orang perlu berpikir kreatif dalam kehidupan sehari-hari, entah itu mencari tahu bagaimana cara memasak dengan sisa makanan semalam, atau membuat kostum Halloween dari pakaian yang ada di lemari. Tugas kreatif bermacam-macam, mulai dari apa yang disebut peneliti kreativitas “k-kecil”—membuat situs web, membuat kerajinan tangan untuk hadiah ulang tahun, atau menceritakan sebuah lelucon lucu—hingga kreativitas “K-Besar”: menulis pidato, menggubah puisi, atau merancang percobaan ilmiah.

Peneliti psikologi dan neurosains sudah mulai mengenali proses berpikir dan wilayah otak yang terlibat dalam kreativitas. Bukti terbaru menunjukkan, kreativitas melibatkan sebuah interaksi rumit antara berpikir spontan dan terkendali. Dengan kata lain, kemampuan mengulik gagasan secara spontan, sekaligus mengevaluasinya dengan teliti untuk menentukan apakah gagasan itu betul-betul akan berhasil. Meski demikian, jawaban dari pertanyaan “mengapa beberapa orang bisa lebih kreatif dari yang lain?” Tetap sulit dipahami.

Dalam sebuah studi baru, saya bersama kolega meneliti apakah kemampuan berpikir kreatif seseorang bisa dijelaskan, sebagian, oleh koneksi di antara tiga jaringan otak.

Memetakan otak saat berpikir kreatif

Dalam studi ini, kami meminta 163 peserta menyelesaikan tes klasik “berpikir divergen” yang disebut tugas-kegunaan-lain. Kami meminta mereka memikirkan kegunaan baru dan di luar kebiasaan dari beberapa benda. Tepat setelah menyelesaikan tes, mereka menjalani pemindaian fMRI, yang mengukur aliran darah ke bagian-bagian otak.

Tugas itu menilai kemampuan orang untuk menyimpangkan kegunaan umum dari suatu benda. Sebagai contoh, kami menunjukkan peserta beberapa benda seperti pembungkus permen karet atau kaus kaki, kemudian meminta mereka memikirkan cara kreatif dalam menggunakannya.

Beberapa gagasan lebih kreatif daripada yang lain. Seorang peserta mengatakan kaus kaki bisa digunakan utuk menghangatkan kaki (kegunaan umum) sementara peserta lain mengatakan kaus kaki bisa dipakai sebagai sistem penyaring air. Penting dicatat, kami menemukan bahwa orang-orang yang mahir dalam tes ini cenderung punya lebih banyak hobi dan prestasi kreatif. Ini senada dengan studi terdahulu yang menunjukkan bahwa tugas itu mengukur kemampuan berpikir kreatif secara umum.

Setelah para peserta menyelesaikan tugas berpikir kreatif ini di fMRI, kami menilai konektivitas fungsional di antara semua wilayah otak—berapa banyak aktivitas di satu wilayah berkaitan dengan aktivitas di wilayah lain.

Kami juga membuat peringkat untuk keaslian gagasan mereka: Gagasan yang umum (menggunakan kaus kaki untuk menghangatkan kaki) mendapat nilai lebih rendah, sedangkan gagasan tak umum mendapat nilai lebih tinggi (menggunakan kaus kaki sebagai sistem penyaringan air).

Kemudian kami menghubungkan nilai kreativitas tiap orang dengan semua kemungkinan koneksi otak (sekitar 35.000), dan menghilangkan koneksi yang, menurut analisis kami, tidak berkorelasi dengan nilai kreativitas. Koneksi yang tersisa merupakan jaringan “kreatif-tinggi”, satu set koneksi yang sangat relevan untuk memunculkan gagasan orisinal.

Setelah mendefinisikan jaringannya, kami ingin melihat apakah seseorang dengan koneksi yang lebih kuat pada jaringan kreatif-tinggi ini akan memiliki nilai yang baik dalam tes. Jadi kami mengukur kekuatan koneksi seseorang pada jaringan ini kemudian menggunakan model prediktif untuk menguji apakah kami dapat memperkirakan nilai kreativitas seseorang.

Model tersebut mengungkapkan korelasi yang signifikan antara nilai prediksi dan nilai kreativitas yang diobservasi. Dengan kata lain, kita bisa mengestimasi seberapa kreatif gagasan seseorang berdasarkan kekuatan koneksi mereka pada jaringan ini.

Kami selanjutnya menguji apakah kita bisa memprediksi kemampuan berpikir kreatif pada tiga sampel baru dari partisipan yang data otaknya tidak digunakan untuk membangun model jaringan. Dari semua sampel, kami menemukan bahwa kami bisa memprediksi—meskipun sederhana—kemampuan kreatif seseorang berdasarkan kekuatan koneksi mereka pada jaringan yang sama ini. Secara keseluruhan, orang dengan koneksi yang lebih kuat memiliki gagasan yang lebih baik.

Yang terjadi pada jaringan ‘kreatif-tinggi’

Kami menemukan bahwa wilayah otak dalam jaringan “kreatif-tinggi” dimiliki oleh tiga sistem otak spesifik: jaringan default, jaringan salience dan jaringan eksekutif.

Jaringan default adalah area otak yang menjadi aktif ketika orang berpikir spontan, seperti pikiran mengembara, bermimpi di siang bolong dan berkhayal. Jaringan ini mungkin memainkan peranan kunci dalam menghasilkan atau mengulik gagasan—memikirkan beberapa kemungkinan solusi untuk satu masalah.

Jaringan kontrol eksekutif adalah area yang aktif ketika seseorang perlu fokus atau mengontrol proses pikiran mereka. Jaringan ini mungkin berperan kunci dalam mengevaluasi gagasan atau menentukan apakah gagasan yang sudah diulik akan benar-benar berhasil dan memodifikasinya agar sesuai dengan tujuan kreatif.

Jaringan salience adalah area yang bekerja sebagai mekanisme yang mengalihkan antara jaringan default dan eksekutif. Jaringan ini mungkin memainkan peran kunci dalam penggantian antara menggagas ide dan mengevaluasinya.

Sebuah fitur menarik dari tiga jaringan ini yakni, mereka umumnya tidak diaktivasi di saat bersamaan. Contohnya, ketika jaringan eksekutif diaktivasi, jaringan default biasanya tidak aktif. Hasil penelitian kami menemukan, orang kreatif memiliki kemampuan lebih baik untuk mengaktifkan jaringan-jaringan otak yang biasanya bekerja secara terpisah.

Temuan kami mengindikasikan bahwa otak kreatif dihubungkan dengan cara berbeda dan bahwa orang kreatif lebih mampu melibatkan sistem otak yang biasanya tidak bekerja bersama. Yang menarik, hasilnya konsisten dengan studi fMRI terbaru mengenai seniman profesional, termasuk musisi jazz yang melakukan improvisasi melodi, penyair yang menulis baris puisi baru, dan seniman visual yang membuat sketsa gagasan untuk sampul buku.

Diperlukan riset di masa mendatang untuk menentukan apakah jaringan-jaringan ini bisa ditempa ataukah relatif tetap. Misalnya, apakah mengikuti kelas menggambar menghasilkan konektivitas yang lebih hebat dalam jaringan otak ini? Mungkinkan mendorong kemampuan berpikir kreatif umum dengan memodifikasi koneksi jaringan? The Conversation untuk saat ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut belum terjawab. Sebagai peneliti, kita hanya perlu melibatkan jaringan kreatif kita sendiri untuk mencari tahu bagaimana menjawabnya.

Ini Rahasia Menjadi Lebih Kreatif Menurut Sains

Kita tahu beberapa orang lebih kreatif dari yang lainnya. Meski begitu, penelitan menunjukkan, lingkungan dan berlatih dengan keras bisa mendorong kreativitas. Entah Anda terhipnotis oleh lukisan Vincent van Gogh The Starry Night atau teori Albert Einstein tentang ruangwaktu, Anda mungkin akan setuju bahwa kedua karya tersebut adalah produk dari kreativitas yang luar biasa.

Imajinasilah yang mendorong kita maju sebagai suatu spesies—imajinasi meluaskan dunia kita dan membawa kita pada gagasan-gagasan baru, penciptaan dan penemuan. Namun mengapa tampaknya kemampuan untuk berimajinasi berbeda di tiap-tiap manusia? Bisakah kita melatih diri untuk jadi lebih imajinatif? Sains membawa beberapa jawaban, berdasarkan tiga tipe imajinasi yang berbeda tapi saling terkait.

“Imajinasi kreatif” adalah apa yang biasa kita anggap sebagai kreativitas dengan K besar—menggubah opera atau menemukan inovasi. Ini berbeda dengan kreativitas sehari-hari, misalnya memiliki solusi imajinatif untuk masalah rumahtangga atau membuat kerajinan.

Inspirasi kreatif sangatlah sulit dipahami. Maka, banyak seniman dan ilmuwan telah lama mencoba melatih kreativitas atau merangsang keadaan kreatif. Namun, apa itu mungkin? Kita tahu bahwa beberapa orang lebih kreatif ketimbang orang lain. Meski demikian, penelitan menunjukkan bahwa lingkungan atau berlatih dengan keras bisa mendorong imajinasi kreatif.

Contohnya, sebuah percobaan menemukan bahwa ketika anak-anak terlibat dengan konten kreatif atau memperhatikan orang lain menjadi sangat kreatif, mereka sendiri pun jadi lebih kreatif. Ada dua fase imajinasi kreatif. “Berpikir divergen”, yaitu kemampuan untuk memikirkan berbagai macam gagasan dan entah bagaimana semuanya bisa terhubung dengan masalah atau topik utama. Ini cenderung didukung oleh berpikir intuitif, yang cepat dan otomatis.

Anda kemudian memerlukan kemampuan “berpikir konvergen” untuk membantu Anda mengevaluasi gagasan mengenai kegunaannya untuk mengatasi masalah. Proses ini didukung oleh berpikir analitik—yang lambat dan tidak tergesa-gesa—yang memungkinkan kita memilih gagasan yang benar. Jadi bila Anda ingin menulis karya besar itu, memiliki banyak sesi brainstorming bersama teman-teman atau mengambil kursus berpikir atau menulis kreatif bisa membantu Anda menemukan gagasan-gagasan baru.

Namun, hal tersebut tidak serta merta membantu Anda memilih gagasan yang bagus. Untuk hal itu, riset menunjukkan bahwa sebenarnya syarat pertama yakni paparan dan pengalaman. Makin lama Anda bekerja dan berpikir dalam suatu bidang serta mempelajari tentaang suatu hal—dan yang penting, berani membuat kesalahan—makin baik Anda secara intuitif menemukan gagasan baru dan secara analitik menentukan gagasan yang tepat.

Karena itu, sukses kreatif tidak terlalu banyak soal menemukan ilham. Seperti kata ahli mikrobiologi Louis Pasteur: “Nasib baik menyukai pikiran yang siap.” Ini juga berlaku pada seni, seperti yang disarankan Pablo Picasso: “Pelajari aturan seperti seorang professional, sehingga Anda bisa melanggarnya seperti seorang seniman.”

Imajinasi fantastis

Bagi banyak orang, kemampuan untuk benar-benar tenggelam dan larut dalam sebuah gagasan adalah kunci untuk menyelesaikan proyek kreatif yang sukses. Untuk itu Anda membutuhkan yang ilmuwan sebut sebagai “imajinasi fantastis”. Ini bisa dilihat dari kecenderungan berkhayal dan bayang-bayang imajinatif Anda.

Hal-hal tersebut menjelaskan kecenderungan Anda untuk memiliki khayalan yang sangat jelas dan realistis dan seberapa dalam anda masuk ke dalam dunia imajiner.

Namun, mengingat bahwa imajinasi fantastis bisa membuat Anda bengong di siang bolong dan mengalihkan Anda dari kewajiban sehari-hari, hal tersebut tidak tampak seperti kemampuan yang diinginkan pada pandangan pertama. Bahkan ada satu sisi gelap imajinasi fantastis seseorang cenderung meningkat sebagai respon dari kejadian traumatis dengan menjadi sebuah pelarian dari realita.

Namun ada juga manfaatnya. Keterlibatan khalayan pada anak-anak dihubungkan dengan peningkatan imajinasi kreatif, kemampuan naratif, dan pengambilan perspektif. Bagi orang dewasa, hal itu bisa membantu memperbaiki konsolidasi memori, perencanaan dan pemecahan masalah yang kreatif.

Ini juga kemampuan yang bisa Anda tingkatkan. Riset menunjukkan bahwa anak-anak yang didorong oleh orangtua mereka untuk berpartisipasi dalam permainan berpura-pura dan bermain peran memiliki tingkat kecenderungan fantasi yang lebih tinggi di masa mendatang. Dan tidak pernah terlambat untuk memulai aktor amatir juga dikenal memiliki imajinasi fantastis yang lebih tinggi.

Imajinasi episodik

“Imajinasi episodik” mirip dengan imajinasi fantastis tapi utamanya menggunakan detil memori yang nyata [episodik) ketimbang imajiner (semantik) ketika memvisualisasikan kejadian dalam mata pikiran kita.

Ini membantu individu untuk membayangkan masa lalu alternatif dengan lebih baik dan belajar dari kesalahan mereka, atau membayangkan masa depan mereka dan mempersiapkan diri untuk itu. Riset kecil yang telah dilakukan sejauh ini mengindikasikan bahwa individu dengan kapasitas untuk imajiner visual yang lebih besar mengalami detil sensorik saat membayangkan masa depan mereka.

Apalagi, meski bertahun-tahun buku pengembangan diri menyarankan untuk “bayangkan maka itu akan terjadi”, hal tersebut sebenarnya adalah kebalikan dari apa yang seharusnya Anda lakukan. Persiapan terbaik untuk masa depan adalah secara paradoks membayangkan prosesnya—bukan hasilnya—dari kejadian yang Anda inginkan di masa depan.

Satu studi menunjukkan bahwa ketika murid-murid membayangkan hasil yang diinginkan (nilai yang bagus pada tes mendatang) mereka mengerjakannya lebih jelek secara signifikan ketimbang murid-murid yang membayangkan proses untuk mendapatkan hasil yang diinginkan (membayangkan belajar secara menyeluruh). Mungkin ini sesuatu yang harus diingat untuk resolusi Tahun Baru Anda?

Kita semua memiliki kemampuan imajinatif dengan berbagai derajat dan sulit untuk membayangkan di mana umat manusia akan berada tanpanya. Jadi meskipun Anda belum benar-benar menulis novel yang Anda temukan di suatu tempat dalam diri Anda, coba terus. Ada banyak cara untuk meningkatkan kreativitas; dan bermain, berlatih, dan mengalami sangatlah krusial. Hal ini bahkan bisa membuat Anda lebih cerdas. The Conversation seperti yang pernah dikatakan Einstein: “Tanda sejati kecerdasan bukanlah pengetahuan melainkan imajinasi.”

Seperti Apakah Cara Kerja Otak Orang-orang Kreatif?

Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan melaporkan bahwa ada pola khas aktivitas saraf yang menandai orang-orang paling kreatif seperti Leonardo DaVinci. Pernahkah Anda membayangkan bagaimana kerja otak dari Leonardo DaVinci, Pablo Picasso, Affandi, atau seniman dunia lainnya?

Mungkin para seniman tersebut memiliki cara mereka sendiri untuk menghasilkan ide yang orisinil. Tapi temuan terbaru telah mengungkapkan bahwa yang terjadi di otak orang kreatif ternyata tak begitu individual. Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan melaporkan bahwa ada pola khas aktivitas saraf yang menandai orang-orang paling kreatif ini. “Kami telah mengidentifikasi pola konektivitas otak yang bervariasi antar-orang, namun jika dikaitkan dengan kemampuan maka akan tercipta ide kreatif,” ungkap Roger Beaty.

“Ini tidak seperti kita memprediksi siapa yang akan menjadi Einstein berikutnya, tapi kita bisa merasakan dengan baik betapa fleksibelnya pemikiran seseorang,” sambung psikolog di Harvard University tersebut.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini menggunakan mesin functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk mengamati otak relawan saat menyelesaikan tugas-tugas kreatif. Mesin fMRI ini mengukur aliran darah di antara area otak yang berbeda dari 163 relawan. Hasil awalnya menunjukkan bahwa tugas kreatif mengaktifkan 3 bidang utama otak, yaitu jaringan awal, jaringan fungsi kontrol eksekutif, dan jaringan saliensi.

Jaringan awal sejak dulu dikaitkan dengan kreativitas, karena bertanggung jawab atas tugas seperti imajinasi, melamun, hingga berpikir spontan. Sedangkan jaringan fungsi kontrol eksekutif terlibat dengan fungsi kognitif seperti memori dan bahasa.

Terakhir, jaringan saliensi bertugas untuk menyaring rangsangan dari luar. Meski ketiga wilayah tersebut tampaknya berhubungan dengan pemikiran kreatif, tapi hubungan yang lebih kuat ditunjukkan dengan lebih banyaknya aliran darah yang sekitar ketiga area tersebut. “Anda punya tiga sistem berbeda yang berada di bagian berbeda dari otak, tapi mereka saling mengaktifkan satu sama lain,” ungkap Beaty. “Orang yang lebih mampu mengaktifkan ketiganya, biasanya memiliki pemikiran yang lebih kreatif,” imbuhnya.

Hubungan antara koneksi otak dengan kreativitas ini bergitu kuat. Bahkan, para peneliti bisa memprediksi seberapa kreatif jawaban para relawan dalam tugas-tugasnya hanya dengan membaca hasil fMRI mereka.

Dengan kata lain, orang-orang kreatif sebenarnya terhubung dengan cara yang berbeda. Selain itu, orang kreatif lebih dapat mengendalikan koneksi di otak mereka. Sayangnya, belum jelas apakah orang kreatif muncul dengan cara ini atau jika mereka sering melakukan tugas-tugas kreatif maka mereka membangun koneksi ini.

“Itu sama sulitnya dengan menentukan apakah ayam atau telur yang ada terlebih dahulu, karena penelitian ini korelasional,” ungkap Beaty. Saat ini, Beaty dan timnya sedang berencana untuk mencari pola aktivitas serupa di bidang tertentu seperti menulis atau bermain musik. Selain itu, mereka juga ingin mengetahui apakah aktivitas otak dapat berubah saat seseorang lebih mahir dalam keterampilan tertentu.

Secangkir Teh Bisa Membuat Kita Lebih Kreatif

Sebuah studi baru yang dilakukan di China mengungkap, meminum teh bisa membantu seseorang meningkatkan daya kreativitasnya. Teh telah lama dikenal memiliki beragam khasiat. Misalnya, secangkir teh hangat sudah cukup untuk membuat kita “tune in” di pagi hari.

Atau, minuman serupa pun bisa membuat kita tidur lebih lelap di kala malam, setelah lelah bekerja sepanjang hari. Teh pun dikenal sebagai minuman yang bisa meredakan batuk keras. Dan, tak kalah manfaatnya, teh juga mampu memberi sekadar kehangatan di tubuh yang kedinginan. Nah, di antara sekian banyak alasan untuk meminum teh, kini ada alasan baru yang menyeruak melalui sebuah penelitian kecil.

Sebuah studi baru yang dilakukan di China mengungkap, meminum teh bisa membantu seseorang meningkatkan daya kreativitasnya. Bisa jadi, secangkir teh merupakan “obat yang mujarab” bagi -misalnya, seorang penulis yang kehabisan ide di depan keyboard komputernya.

Adalah para peneliti di Fakultas Psikologi dan Ilmu Kognitif, Universitas Peking, China yang melakukan tes terhadap 50 siswa rata-rata berumur sekitar 23 tahun. Peserta dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok: satu diberi secangkir teh hitam untuk diminum, lainnya hanya diberi satu gelas air.

Setelah menyeruput minuman itu, kedua kelompok tersebut menjalani dua tes. Pada tes pertama, masing-masing dari mereka diminta merancang bentuk “menarik dan kreatif” dari blok bangunan. Lalu, pada tugas kedua mereka diminta untuk menciptakan nama “keren” untuk sebuah restoran mie baru.

Hasil kerja kedua kelompok itu lalu mendapatkan penilaian objektif dari para siswa lain yang tak menjadi responden dalam riset ini. Disebutkan, ujian itu dirancang untuk mengukur seberapa besar kemampuan anggota dalam kedua kelompok itu dalam mengemukakan gagasan baru. Mereka dipancing untuk berpikir dengan cara yang baru, dan berbeda.

Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini, “atraktif,” “kreatif,” dan “keren” mungkin terasa agak kabur. Namun para siswa di kelompok peminum teh ternyata terlihat lebih mampu memetakan penugasan itu. Kelompok peminum teh terlihat unggul dalam kedua tes tersebut, dibandingkan kelompok peminum air. Namun pertanyaan lanjutannya adalah kandungan apa di dalam teh yang memungkinkan adanya perbedaan hasil tersebut?

Jawaban yang jelas adalah bahwa teh hitam mengandung kafein dan theanine, senyawa yang mampu meningkatkan kognisi dan memperbaiki fungsi otak secara umum. Namun ternyata, baik kafein maupun theanine membutuhkan waktu yang agak lama untuk mempengaruhi peminumnya. Lagi pula, secangkir kecil teh yang umum dikonsumsi orang tidak cukup mengandung banyak senyawa kafein dan theanine hingga bisa berefek sebesar itu.

Nah, pada bagian ini para periset menyimpulkan adanya kemampuan teh untuk mengatur suasana hati dari peminumnya. Para siswa dalam kelompok yang meminum teh, menurut mereka, berada dalam suasana hati yang positif akibat secangkir teh. Dalam laporan penelitian tersebut diungkapkan, riset ini memang ditujukan untuk melihat fungsi teh pada kreativitas. Selain itu, juga untuk menawarkan cara baru dalam menemukan hubungan antara konsumsi makanan dan minuman, dan peningkatan daya kognisi manusia.

Tentu, cakupan dalam riset tersebut amatlah kecil dan tak cukup untuk mewakili kesimpulan dalam populasi general. Akan lebih menarik jika riset ini digelar dalam skala yang lebih luas dan melibatkan lebih banyak orang. Tetapi setidaknya, dari sini sudah dapat dilihat adanya hubungan antara secangkir teh hangat dan suasana hati seseorang. Meski tetap akan muncul pertanyaan, apakah bisa teh benar-benar membuat kita pandai menulis atau menggambar dengan lebih baik?

Keuntungan Menjadi Orang Kreatif

1. Membuat Hidup Lebih Indah, mudah sekali dalam hal mencari kerja juga dibutuhkan banyak orang dan kreativitas akan membuat hidup menjadi lebih indah karena akan dikelilingi oleh hal-hal yang bervariasi dan tidak monoton. menjalankan kegiatan yang penuh rutinitas akan membuat cepat merasa bosan, tidak semangat, dan pasif. melakukan hal-hal kreatif yang bervariasi akan memberikan sesuatu yag baru dan segar. selain bersekolah, sebagai remaja kita juga perlu mencoba hal-hal baru yang positif.

2. Meningkatkan Apresiasi terhadap Ide Orang Lain, kreativitas akan meningkatkan pengertian dan apresiasi akan berbagai gagasan orang lain. Orang yang kreatif pasti bisa menerima dan menghargai ide-ide orang lain, tanpa memandang siapapun yang memberikan ide tersebut, dengan menghargai apresiasi orang maka kita akan di hargai juga sebagaiman kita menghargai ide orang lain.

3. Meningkatkan Motivasi dan Semangat Hidup, kreativitas akan meningkatkan semangat atau motivasi hidup. Orang yang kreatif tidak akan takut kehilangan peluang, sebab ia bisa menciptakan peluang sendiri. Orang yang kreatif tidak takut menghadapi masalah karena ia mampu menyelesaikan masalah dengan daya kreatifnya, orang kreatif tidak pernah mengenal kata menyerah sebelum dilakukan maka orang yang kreatif hidupnya itu selalu bersemangat.

4. Salah Satu Faktor Kesuksesan Usaha, semakin hari kreativtas dalam dunia usaha akan semakin diperlukan. Dalam dunia bisnis kreativitas menjadi salah satu faktor kesuksesan usaha. Semua kegiatan usaha memerlukan kreativitas, mulai penciptaan barang atau jasa, cara produksinya, cara pemasaran, cara pembayaran, dan menjaga kesetiaan pembeli untuk terus menggunakan produknya. Dengan semakin meningkatnya persaingan usaha, kreativitas mutlak diperlukan oleh seorang wirausaha untuk memenangkan persaingan jadi sudah jelas bahwa orang yang kreatif sangatlah dibutuhkan dalam segala bidang apapun.

5. Awal Terjadinya Inovasi dan Perubahan, kreativitas menjadi langkah awal terjadinya inovasi (penemuan) perubahan-perubahan. Inovasi adalah hasil pendayagunaan kreativitas tertentu sehingga menjadi sebuah cara, proses, produk, atau sumber nilai baru, yang beda dengan sebelumnya.

6. Meningkatkan Kualitas dan Taraf Hidup, Manusia kreativitas berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia. Salah satu ciri karya yang kreatif adalah yang memberikan manfaat sosial sebab jika tidak memberikan manfaat, tidak ada artinya sama sekali, orang kreatif mampu meningkatkan kualitas hidup serta mempermudah mencari jalan keluar dari sebuah permasalahan.

Cari Artikel Lainnya