Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Guru Ideal Itu Seperti Apa Sih? Apakah Anda Sudah Termasuk ?

Guru Ideal Itu Seperti Apa Sih? Apakah Anda Sudah Termasuk ?

- Kamis, 05 Juli 2018 | 09:00 WIB
Guru Ideal Itu Seperti Apa Sih? Apakah Anda Sudah Termasuk ?

Malam semakin larut. Tapi belum juga saya temukan jawaban yang menerpa hati. Sebuah pertanyaan yang harus saya jawab besok. Guru ideal itu seperti apa sih?

Saya pandangi foto Ki Hajar Dewantara dari hasil pencarian di Google. Begitu banyak foto dan gambarnya bertebaran di dunia maya. Begitu banyak orang mengenal tokoh pendidikan Indonesia ini. Sampai-sampai hari kelahirannya dijadikan hari pendidikan nasional.

Kalau mau jujur, Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah sosok guru ideal. Sosok yang dirindukan oleh peserta didiknya. Sosoknya mampu membawa perubahan bagi bangsanya. Sosok yang berani berkata tidak, di saat-saat orang lain berkata ya. Orang bilang, beliau adalah sosok yang berkarakter. Seorang guru yang bukan hanya cerdas otak tetapi juga cerdas watak. Tak salah bila banyak orang mengaguminya pada saat itu.

Lalu kenapa ia dikagumi? Kenapa pula ia disegani? Rupanya, tulisan-tulisannya tentang Indonesia yang merdeka, dan pemikiran-pemikirannya tentang pendidikan bangsanya, membawa dia menjadi tokoh pendidikan seantero negeri, bahkan dunia internasional. Pemerintah menganugrahi beliau sebagai pahlawan nasional pada saat pemeritahan dipegang oleh presiden Soekarno.

Saya baca wikipedia. Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.

Bila melihat sejarah hidupnya, kegiatan KHD tak pernah lepas dari urusan tulis menulis. KHD berjuang lewat tulisan-tulisannya. KHD menggunakan kata-kata dalam tulisannya sebagai senjata ampuh mengusir penjajah dari negeri ini. KHD pun berhasil menuangkan buah pemikirannya tentang pendidikan ke dalam buku-bukunya. sampai saat ini, buku-buku KHD masih banyak dicari oleh mereka yang membutuhkan pemikiran utuhnya.

Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.

Akh, benar kiranya. KHD adalah benar-benar guru ideal. Guru yang dipunyai oleh bangsa ini. Saya yakin tak satupun orang di negeri ini meragukan ketokohannya. Apalagi bila anda telah membaca riwayat hidupnya. Di sana terlihat jelas sosok guru ideal yang saya cari.

Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.

Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami.

Guru yang ideal memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator); dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah; dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait); segi administrasi sebagai guru; dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan; menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional: secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik.

Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak didiknya. Tapi, dia pun harus bisa menerima kritikan dari peserta didiknya. Dari kritik itulah dia dapat belajar dari para peserta didiknya. Guru ideal justru harus belajar dari peserta didiknya. Dari mereka guru dapat mengetahui kekurangan cara mengajarnya, dan melakukan umpan balik (feedback). Benarkah sosok itu ada? Lalu seperti apakah sosok guru ideal yang diperlukan saat ini? Apakah guru ideal hanyalah guru yang sudah lulus sertifikasi guru? Benarkah demikian? Mari kita Belajar dari sosok Ki hajar Dewantara. Sosok Guru Ideal yang ada di dalam sejarah bangsa kita.

Cari Artikel Lainnya