Home » Materi » Sejarah » Perang Melawan Kolonialisme Dan Imperialisme: Perlawanan Gowa-Tallo Makassar Terhadap VOC

Perang Melawan Kolonialisme Dan Imperialisme: Perlawanan Gowa-Tallo Makassar Terhadap VOC

- Rabu, 26 Januari 2022 | 12:13 WIB
Perang Melawan Kolonialisme Dan Imperialisme: Perlawanan Gowa-Tallo Makassar Terhadap VOC

Kesultanan Gowa-Tallo merupakan salah satu kesultanan terbesar di kawasan Indonesia Timur pada sekitar abad 16 - 17 Masehi. Kesultanan Gowa-Tallo memiliki kekuatan militer yang harus diperhatikan lebih daripada musuh-musuh VOC lain di Maluku Selatan.

Selain itu, Gowa-Tallo memiliki kekuatan ekonomi perdagangan yang sangat kuat. Kesultanan ini memiliki pelabuhan perdagangan internasional yang berada di Somba Opu (pesisir Sulawesi Selatan).

Kawasan Somba Opu juga dijadikan sebagai pusat pemerintahan Gowa-Tallo serta kawasan yang menampung pedagang internasional.

Baca juga: Bagaimana Jalannya Perlawanan Maluku Angkat Senjata?

Latar belakang perlawanan Gowa-Tallo Terhadap VOC

Kejayaan Gowa-Tallo ketika berada dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669 M) membuat posisi VOC di kawasan Indonesia Timur menjadi terancam. Rivalitas antara Gowa-Tallo dan VOC semakin meruncing dan perang tak lagi bisa terelakkan.

Latar belakang perlawanan Gowa-Tallo terhadap VOC, yaitu:

- VOC menginginkan Hak Monopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur.

- VOC melakukan blokade terhadap kapal-kapal yang akan berlabuh di Somba Opu.

Untuk menghadapi tindakan VOC yang semena-mena, Sultan Hasanudin memperkuat pasukan dengan memerintahkan kerajaan bawahan di Nusa Tenggara untuk mengirimkan prajuritnya. Sedangkan di sisi lain, VOC menggunakan politik Devide et Impera dengan meminta bantuan Arung Palaka dari Kesultanan Bone.

Arung Palaka menerima permintaan dari VOC dengan alasan ingin membalas kekalahannya atas Gowa-Tallo dan merebut kembali kemerdekaan Bone.

Baca juga: Perang Melawan Kolonialisme Dan Imperialisme: Perlawanan Banten Terhadap VOC

Perlawanan Gowa-Tallo terhadap VOC

VOC dibawah JC Speelman membawa sekitar 1900 prajurit dan 21 armada kapal perang. Ditambah lagi pasukan dari Bone dibawah pimpinan Arung Palaka.

Pertempuran berlangsung sengit selama 4 bulan dan Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya yang intinya berisi :

- VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur

- Semua orang asing diusir dari Gowa-Tallo, kecuali VOC

- Gowa-Tallo mengganti biaya kerugian perang

- Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo diserahkan kepada VOC

Akhir perlawanan Gowa-Tallo Terhadap VOC

Sultan Hasanudin membatalkan perjanjian Bongaya yang sangat merugikan Gowa-Tallo pada awal 1668. Kemudian pada 1669, Arung Palaka menyerang benteng Somba Opu dengan kekuatan sekitar 7.000-8.000 pasukan.

Arung Palaka dapat menaklukan benteng Somba Opu dan Sultan Hasanudin beserta pasukannya melarikan diri hingga meninggal pada tahun 1670.

Cari Artikel Lainnya